FAC News

Produksi Pipa Baja Spindo (ISSP) ditargetkan Tumbuh 20%
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk atau Spindo menilai pasar pipa baja domestik masih kokoh.
Makanya, sepanjang tahun ini mereka masih optimistis meraih pertumbuhan volume produksi kurang lebih sebesar 20% year on year (yoy).
Kapasitas terpasang pabrik Spindo kini mencapai 600.000 ton per tahun dengan utilitas atau tingkat keterpakaian mesin 60%–65%.
"Mungkin produksi tahun ini di kisaran hampir 400.000 ton tahun ini," kata Johannes Edward, Investor Relations PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk saat dihubungi KONTAN, Selasa (8/10).
Sebagai gambaran, tahun lalu Spindo menjual 346.987 ton pipa baja atau naik 7,89% ketimbang tahun 2017 yang tercatat 321.587 ton pipa baja.
Berangkat dari catatan tersebut, target pertumbuhan produksi sebesar 20% tahun ini setara dengan 416.384 ton pipa baja.
Mengintip materi paparan publik Spindo pada Juni 2019, terdapat enam unit produksi di dalam negeri.
Perinciannya, tiga unit produksi di Surabaya (Jawa Timur) serta masing-masing satu unit produksi di Sidoarjo (Jawa Timur), Pasuruan (Jawa Timur) dan Karawang (Jawa Barat).Sejatinya, Spindo bisa saja menaikkan utilitas mesin produksi mendekati kapasitas penuh alias 100%.
Hanya saja, perusahaan berkode saham ISSP di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut tak mau gegabah.
Mereka juga perlu mempertimbangkan permintaan pasar demi menghindari kelebihan pasokan.
Selain mengerek produksi pipa baja, Spindo memperkuat lini pemasaran.
Asal tahu, mereka sudah memiliki gudang di Bandung (Jawa Barat), Jakarta dan Samarinda (Kalimantan Timur).
Gudang Samarinda baru hadir tahun ini.
ISSP sengaja membangun gudang tersebut lantaran ingin meningkatkan jaringan distribusi di luar Jawa.
Pasalnya, mereka melihat pasar pipa terus menunjukkan geliat pertumbuhan di luar Jawa.
Adapun jenis pipa baja terlaris menurut catatan Spindo adalah pipa untuk kebutuhan konstruksi seperti pipa mekanis dan pipa spiral.
Dari Januari–Juni 2019, masing-masing penjualan dari pipa tersebut sebesar Rp 393,35 miliar dan Rp 368,25 miliar.Kembali mengintip informasi dalam materi paparan publik, ISSP menjual produk lewat sistem penjualan langsung dan tidak langsung.
Beberapa pelanggan utama dalam sistem penjualan langsung seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), Yamaha dan Showa.
Sejalan dengan target kenaikan volume produksi tahun ini, target penjualan dan pendapatan jasa Spindo mendaki.
"Untuk pendapatan bersih tahun ini kami optimistis sekitar Rp 5 triliun sedangkan untuk laba bersih pasti lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu," tutur Johannes.
Sampai kuartal III 2019, manajemen Spindo mengaku capaian kinerja masih tumbuh.
Hanya saja, mereka belum bersedia mengungkapkannya karena laporan keuangan masih diaudit.
Pada tahun lalu, ISSP membukukan kenaikan penjualan dan pendapatan jasa 22,13% yoy menjadi Rp 4,47 triliun.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersihnya tumbuh lebih dari 5,5 kali lipat menjadi Rp 48,72 miliar.
Sementara selama enam bulan pertama tahun ini, laba bersih Spindo sudah melebihi capaian 2018 yakni sebesar Rp 52,40 miliar.
Laba bersih tersebut naik empat kali lipat ketimbang periode yang sama tahun lalu.