FAC News

Laba Emiten 2019 Tertekan Meski Pendapatan Mapan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, sampai dengan 2 Juni 2020, terdapat 634 perusahaan yang sudah menyampaikan laporan keuangan per 31 Desember 2019 yang telah diaudit.
Jumlah tersebut setara dengan 90,31% dari total perusahaan yang mencatatkan saham, obligasi dan sukuk di BEI.
Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, total pendapatan 634 perusahaan itu mencapai Rp 4.425 triliun sepanjang tahun 2019.
Sektor keuangan yang terdiri dari 115 emiten menjadi kontributor pendapatan terbesar, yakni Rp 825 triliun.
Sementara itu, total laba bersih tahun 2019 dari seluruh perusahaan mencapai Rp 403 triliun. Sektor keuangan menjadi kontributor laba bersih terbesar.
Hitungan BEI, total laba bersih sektor keuangan mencapai Rp 165 triliun dari 115 perusahaan.
"Dibandingkan tahun 2018, nilai pendapatan emiten mengalami kenaikan Rp 151 triliun atau 4%, sedangkan untuk laba bersih tercatat menurun sebesar Rp 8 triliun atau 2%," ungkap Nyoman, Kamis (4/6).
Menurut Nyoman, penurunan tersebut akibat merosotnya kinerja perusahaan di sektor industri dasar dan kimia, serta sektor pertambangan.
Meski total laba bersih emiten tercatat merosot, sebanyak 501 emiten di BEI masih membukukan laba bersih pada tahun lalu.
Jumlah tersebut setara kurang lebih 80% dari total perusahaan yang sudah menyerahkan laporan keuangan per 31 Desember 2019 yang telah diaudit.
Kinerja turun
Sebanyak 631 perusahaan memperoleh opini wajar tanpa modifikasian. Ini setara dengan 99,52% dari seluruh perusahaan yang sudah menyampaikan laporan keuangan.
Ada satu perusahaan yang mendapat opini wajar dengan modifikasian. Sebanyak dua perusahaan mendapat opini tidak menyatakan pendapat.
Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, pencapaian kinerja tersebut sedikit berbeda dengan perkiraannya.
"Namun tipis, sehingga masih terbilang masih selaras," terang dia, Kamis (4/6).
Yanuar menyebut, dampak pandemi corona akan mempengaruhi kinerja emiten tahun ini, sehingga kinerja tidak akan sebaik tahun lalu.
"Pendapatan berpotensi turun 1,2% dan laba turun 4%-5%," papar dia.
Penurunan laba diperkirakan cukup dalam lantaran perusahaan mengalami kenaikan beban operasional dan keuangan.
Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menambahkan, masyarakat juga mulai mengerem pengeluaran pada kuartal pertama kemarin.
Ini tercermin dari pertumbuhan PDB yang hanya naik 3% secara tahunan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan tahun ini.