FAC News

Emiten Batubara Indika (INDY) dan Adaro (ADRO) Masih Nyaman Soal Kurs Rupiah
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) meningkat belakangan ini.
Kurs rupiah juga sempat tertekan dalam hingga hampir mencapai Rp 17.000. Namun hal ini tidak membuat emiten batubara khawatir.
Head of Corporate Communication PT Indika Energy Tbk (INDY) Leonardus Herwindo menjelaskan, INDY tidak mengalami dampak negatif karena sebagian besar utang dalam bentuk dollar AS.
Pendapatan emiten itu juga dicatatkan dalam denominasi dollar AS.
Memang, INDY masih harus menanggung sejumlah biaya dalam rupiah. Saat ini, biaya terbesar INDY adalah untuk kebutuhan pembayaran kontraktor dan utang.
"Artinya secara tidak langsung sudah terjadi natural hedge," kata Leonardus, kemarin.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga menjaga kesehatannya dari paparan fluktuasi kurs.
"Kami yakin secara tidak langsung sudah memiliki natural hedging atas paparan fluktuasi nilai tukar mata uang asing, sehingga kami tidak melakukan hedging terhadap eksposur valuta asing," jelas Head of Corporate Communications Adaro Energy Febriati Nadira.
Sebagian besar pendapatan ADRO berdenominasi dollar AS, sementara utang dan sebagian besar biaya juga dalam bentuk mata uang yang sama.
Adapun utang bersih Adaro sekitar US$ 375 juta.
Leonardo menyebut, saat ini emiten batubara lebih mengkhawatirkan tantangan penurunan harga komoditas yang terus melandai.
Harga batubara di pasar ICE Newcastle pengiriman Mei 2020 di level US$ 59,4 per ton per Kamis lalu (9/4). Ini level terendah sejak September 2016.
Sepanjang 2019, INDY mengantongi pendapatan sekitar US$ 2,78 miliar, turun 6,08% dari pendapatan tahun 2018 yang mencapai US$ 2,96 miliar.
Pendapatan dari ekspor batubara masih menjadi tulang punggung, yakni sekitar 49,7% dari total pendapatan.
Di sisi lain, Febriati menegaskan Adaro tetap akan melakukan kegiatan eksplorasi sesuai rencana di tambang-tambang milik mereka, kendati harga komoditas melorot.
Tapi, ADRO akan melakukan efisiensi demi kelangsungan bisnis.
ADRO menargetkan produksi batubara 54 juta ton-58 juta ton tahun ini, cenderung sama dengan realisasi produksi tahun lalu.