FAC News

Tahun 2020 AKR Corporindo (AKRA) Bidik Pertumbuhan Dua Digit
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati kondisi perekonomian sedang tertekan oleh efek gulir pandemi virus corona, PT AKR Corporindo Tbk optimistis mampu menjaga performa bisnis di sepanjang tahun ini.
Emiten bersandi saham AKRA di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu meyakini pada tahun ini bisa mencapai pertumbuhan laba bersih 15%-20% dibandingkan realisasi tahun lalu. Ini berarti AKRA berpotensi meraup laba bersih maksimal Rp 856,34 miliar pada 2020.
Mengutip laporan keuangan tahun 2019, distributor bahan bakar minyak (BBM), bahan kimia dasar dan penyedia layanan logistik dan supply chain ini membukukan laba bersih tahun bersih Rp 713,62 miliar.
"Kami menargetkan tahun ini bisa naik 15%-20% atau di atas pencapaian 2019," kata Direktur AKRA, Suresh Vembu saat dihubungi KONTAN, Kamis (19/3).
Manajemen AKRA menyebutkan pertumbuhan laba bersih tersebut akan ditopang lini penjualan dan distribusi BBM, yang diproyeksikan naik 10%-15% dari realisasi tahun lalu sebesar 2,1 juta kiloliter (kl).
Apalagi, pada tahun ini AKRA mendapatkan alokasi BBM bersubsidi sebanyak 234.000 kl yang sudah disalurkan sejak Januari 2020.
"Volume tetap jalan karena BBM dan bahan kimia pasti butuh, itu menyangkut kebutuhan sehari-hari," ujar Suresh.
Meski dihadapkan kondisi penurunan harga minyak mentah, koreksi nilai tukar rupiah dan wabah corona, Suresh berujar, AKRA belum berencana mengubah target pertumbuhan laba bersih dan penjualan BBM. Pasalnya, hingga saat ini kinerja mereka belum terganjal oleh pagebluk global tersebut.
Alhasil, kinerja pada periode kuartal pertama tahun ini masih bisa bertahan.
"Saya lihat di kuartal I 2020 ini juga volume masih bagus. Margin tetap kita jaga, enggak lost. Di tiga bulan ini industri dan pertambangan tetap berjalan," klaim Suresh.
Hanya saja, manajemen AKR Corporindo belum dapat memprediksi apa yang akan terjadi di periode selanjutnya.
Mereka masih akan mengkaji perkembangan kondisi aktual, khususnya untuk menghitung kembali dampaknya terhadap permintaan."Tetap waspada. Mudah-mudahan [korona] bisa selesai dan ekonomi tumbuh lagi," ujar Suresh.
Memang, penurunan harga minyak akan berdampak terhadap pendapatan AKRA. Tapi hal itu tidak akan berdampak signifikan terhadap laba lantaran distribusi yang dilakukan AKRA menggunakan skema pass through.
Dengan model bisnis tersebut, harga BBM industri tetap akan disalurkan ke konsumen dengan formula yang mengacu pada Mean of Platts Singapore (MOPS) ditambah konstanta dan margin. Sehingga, harga BBM yang disalurkan ke industri tetap mengikuti laju harga minyak dunia dan margin tetap terjaga.
Lindung nilai
Selain itu, AKRA menggunakan lindung nilai terhadap nilai tukar dollar Amerika Serikat. "Pendapatan bisa naik turun, volume kan tetap naik. Margin masih stabil. AKRA juga selalu hedging exposure dengan forward cover atau options," terang Suresh.
Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo menambahkan, manajemen akan terus memantau dampak wabah korona dan tren penurunan harga minyak.
"AKRA akan memonitor perlambatan permintaan, fluktuasi harga dan gangguan terhadap supply chain," jelas dia.
Haryanto mengklaim, dengan model bisnis pass through, mekanisme harga BBM dan bahkan kimia bisa tetap efektif dan tidak membawa risiko kerugian persediaan.
"Kami memiliki sumber pendapatan beragam dan neraca yang kuat untuk meminimalkan risiko penurunan," terang dia.
Menurut Haryanto, AKRA mencatatkan kinerja positif pada kuartal akhir tahun lalu, yang disokong segmen perdagangan dan distribusi, penjualan tanah, serta pendapatan sewa dari Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE). Nah, pencapaian di akhir tahun lalu ikut menyokong kinerja pada kuartal I 2020.
Sepanjang 2019, AKRA mengantongi pendapatan Rp 21,70 triliun atau turun 7,81% dari pendapatan 2018 sebesar Rp 23,54 triliun. Adapun laba bersihnya tumbuh tipis 0,30% year-on-year (yoy) menjadi Rp 713,62 miliar.