APLN Siap Percepat Pembangunan Proyek Propertinya Di IKN

FAC News

Sri Mulyani Sebut Harga CPO Pulih, Batu Bara Masih Merana

Administrator - 22/09/2020 14:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan masih ada harapan adanya pemulihan kinerja ekonomi terutama kegiatan manufaktur dan adanya perbaikan harga sejumlah komoditas pada kuartal III tahun ini di tengah hantaman pandemi Covid-19.

Komoditas yang harganya disebut naik di antaranya minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang menjadi andalan ekspor pemerintah.

Selain itu, Menkeu juga menyinggung soal masih naiknya harga minyak dunia melebihi asumsi yang ada di Perpres 54/2020 di mana baseline asumsi harga ICP (Indonesia Crude Price) ialah US$38/barel untuk harga rata-rata sepanjang tahun 2020.

Harga emas misalnya, disebut Sri Mulyani terus naik seiring dengan posisinya sebagai aset safe haven (aman investasi).

"Ini dilihat dari berbagai harga komoditas, harga minyak di atas US$ 40/barel, lebih tinggi dari asumsi di Perpres yang masih di US$ 35, US$ 36 dan sekarang sudah ada di atas US$40/barel," katanya dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).


Dia mengatakan harga CPO juga merangkak naik setelah tertekan luar biasa di Mei dan Juni sehingga sudah terlihat pulih di Agustus dan September."Harga komoditas lain ada perbaikan, emas save heaven dari situasi ketikdakpastian makannya melonjak di Agustus dan masih bertahan tinggi di September. LNG turun tajam di September, dari harga tembaga juga mengalami kenaikan."

"Batu bara belum ada pemulihan, masih shock, sejak Mei dan belum ada tanda pemulihan, harga stabil. Jadi dalam hal ini RI, komoditas batu bara masih tertekan, CPO membaik, LNG ada perbaikan meski masih labil.

Data Refitiv mencatat, harga komoditas CPO memang terus mengalami penguatan. Usai tembus RM 3.000/ton, pada perdagangan Senin kemarin (21/9/2020) harga CPO masih mampu melesat.

Harga CPO untuk kontrak pengiriman Desember 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 15 ringgit atau menguat 0,49% ke RM 3.095/ton dan menjadi harga tertinggi sejak 13 Januari 2020.

Adapun harga batu bara termal Newcastle kontrak berjangka masih terus menguat meski belum pulih di atas US$ 60/ton. Penguatan harga batu bara saat ini terjadi ketika harga-harga komoditas lain seperti minyak mentah tertekan akibat penguatan dolar AS.

Senin (21/9/2020), harga batu bara naik 2,44% ke US$ 58,8/ton. Sejak terjatuh ke level terendah di US$ 49,9/ton di bulan September, harga batu bara bergerak naik mendekati US$ 60/ton.

Terkait dengan proyeksi ekonomi di Q3, Sri Mulyani mengungkapkan ramalan yang mengerikan terjadi di kuartal III-2020.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani/

Filter