FAC News

Masker Banyak Dicari, Inocycle Technology (INOV) Siap Produksi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen serat fiber daur ulang, PT Baca Juga: Ada corona, Inocycle Technology (INOV) pasang target konservatif Tbk (INOV) membuka peluang untuk berbisnis produk masker di tengah pandemi corona (Covid-19).
Hal tersebut lantaran perolehan bisnis utama perusahaan dari serat daur ulang terganggu oleh wabah Covid-19.
Victor Choi, Direktur INOV mengatakan, pihaknya berharap bisa menjalin kerjasama baru dengan konsumen di luar negeri.
Dengan adanya jalinan kerjasama, Inocycle Technology akan menjajal segmen bisnis masker dan mulai memproduksinya di tahun ini.
Kelak, Inocycle Technology akan membangun lini produksi masker dengan kapasitas 4 juta potong per bulan.
Di mana, produksi masker akan berjalan melalui lini usaha perusahaan. Produksi masker akan menggunakan bahan polypropylene.
"Harga bahan mentah material masker tersebut lebih strategis karena harga minyak dunia yang rendah saat ini. Tetapi, kami tetap tidak mengabaikan pengembangan usaha produksi masker dari bahan daur ulang," ucap Victor kepada KONTAN, Rabu (3/6)
Selain masker, manajemen INOV sedang melakukan penelitian dan pengembangan dalam bisnis produk perawatan medis seperti Melt-blown, masker dan APD dalam jangka panjang, mengingat kemungkinan virus korona berkepanjangan yang berimplikasi pada permintaan jangka panjang, bahkan di era pasca-wabah.
Berdasarkan realisasi kinerja pada tahun 2019, INOV membukukan pendapatan bersih senilai Rp 494,68 miliar, atau tumbuh 25% dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp 395,63 miliar.
Victor bilang, permintaan dari industri pengguna Re-PSF (Recycle Polyester Staple Fiber) pada 2019 meningkat.
"Seiring dengan meningkatnya demand, kami memproses lebih dari 2 juta botol PET untuk memenuhi permintaan tersebut," ungkap Viktor.
Sayangnya, beban pokok penjualan juga naik hingga 40% year on year (yoy) menjadi Rp 402,64 miliar pada tahun lalu. Hal ini yang menyebabkan laba kotor INOV menyusut 14% secara yoy menjadi Rp 92,03 miliar pada 2019.
Tapi, pada pos pendapatan lain-lain terdapat kenaikan hampir 328%, disebabkan oleh laba selisih kurs dari Rp 5,74 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 24,59 miliar pada 2019.
Seperti diketahui, produk INOV juga menyasar pasar ekspor sehingga ketika kurs dollar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap rupiah pada tahun lalu menjadi peluang bagi mereka untuk mengemas laba selisih kurs.
Nah, berkat kenaikan pada pos pendapatan lain-lain tersebut, Inocycle Technology membukukan kenaikan laba tahun berjalan sebesar 40% dari Rp 16,04 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 22,53 miliar pada tahun 2019. "Untuk target tahun ini, kami lebih konservatif," pungkas Viktor.