FAC News

LONSUM (LSIP) CATAT KENAIKAN PENJUALAN 28% JADI Rp4,53 TRILIUN DI 2021
IQPlus, (2/3) - PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum/LSIP) melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2021 (FY2021).
Pada FY2021, produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti turun 7% yoy menjadi 1,2 juta ton terutama karena dampak cuaca yang tidak mendukung serta kegiatan peremajaan tanaman sawit. Seiring dengan turunnya produksi TBS inti dan eksternal, total produksi CPO turun 8% yoy menjadi 306 ribu ton. Volume penjualan CPO turun 2% yoy menjadi 318 ribu ton sedangkan volume penjualan produk PK turun 6% yoy menjadi 92 ribu ton.
Lonsum mencatat kenaikan penjualan sebesar 28% yoy menjadi Rp4,53 triliun di FY2021 yang didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit. ASP CPO dan PK masing-masing meningkat 31% yoy dan 55% yoy. Lonsum mencatat kinerja yang solid pada FY2021 dengan laba kotor Rp1,81 triliun (+68% yoy), laba operasi Rp1,19 triliun (+46% yoy) dan EBITDA Rp1,95 triliun (+59% yoy).
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 42% yoy menjadi Rp991 miliar, terutama disebabkan oleh peningkatan laba usaha yang sebagian diimbangi oleh peningkatan beban pajak penghasilan. Lonsum mempertahankan posisi keuangan yang sehat dengan total aset Rp11,85 triliun termasuk posisi kas dan setara kas Rp3,37 triliun dan tidak adanya pendanaan melalui hutang bank pada tanggal 31 Desember 2021.
Benny Tjoeng, Presiden Direktur Lonsum mengatakan, "Industri agribisnis di tahun 2021 kembali menghadapi tahun yang penuh tantangan, terutama karena kondisi cuaca yang tidak mendukung dan berlanjutnya dampak pandemi. Naiknya harga komoditas sepanjang tahun 2021 terutama disumbang oleh meningkatnya permintaan vegetable oils dunia serta rendahnya produksi akibat dampak cuaca.
Pada FY2021, Lonsum meraih kinerja keuangan yang positif seiring kenaikan harga jual rata-rata produk sawit serta upaya-upaya kami dalam pengendalian biaya dan efisiensi. Produksi TBS inti kami terutama dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung dan berlanjutnya kegiatan peremajaan tanaman sawit. Kami melakukan penanaman kembali pada sebagian lahan yang berusia tua dengan benih bibit yang memiliki potensi hasil panen tinggi,"katanya.
"Industri perkebunan diperkirakan akan tetap menantang. Di tengah pandemi di seluruh dunia, dampak cuaca dan volatilitas harga komoditas, kami terus memperkuat posisi keuangan, mengendalikan biaya dan efisiensi, meningkatkan produktivitas dan memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang berpotensi memiliki pertumbuhan, kegiatan penanaman dan infrastruktur.
Kami juga berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan keamanan dan kesehatan karyawan kami selama masa pandemi."imbuhnya.