FAC News

Kinerja Tertekan, Barito Pacific (BRPT) Sesuaikan Rencana Bisnis
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) harus menyesuaikan sejumlah rencana bisnis di tahun ini.
Maklum, kinerja perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu ini cukup tertekan. Kondisi ini tampak dari kinerja keuangan BRPT sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Lantaran penurunan harga rata-rata produk petrokimia, pendapatan bersih BRPT ikut tergerus (lihat tabel di halaman 2).
Meski begitu, Direktur Keuangan Barito Pacific David Kosasih mengatakan, volume penjualan produk petrokimia masih stabil meski harga petrokimia melemah dipengaruhi oleh situasi ekonomi makro.
"Ini merupakan pembuktian posisi kami sebagai pemimpin pasar di Indonesia, di tengah melemahnya tingkat permintaan domestik," tandas David. Sekadar info, BRPT masuk ke bisnis petrokimia melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
David optimistis, ke depan BRPT dapat terus memenuhi kebutuhan dalam negeri yang sangat potensial. Terlebih, Indonesia masih dalam ketergantungan impor hingga 50%-60% atas produk petrokimia.
Karena bisnis tertekan, BRPT menyesuaikan sejumlah rencana bisnis. Sejumlah proyek terpaksa ditunda. BRPT juga memutuskan memangkas belanja modal atau capital expenditure (capex).
Penyesuaian capex
Semula, BRPT mengalokasikan anggaran belanja modal tahun ini sebesar US$ 525 juta. Namun, jumlahnya kini dipangkas sekitar 65% jadi US$ 185 juta.
David memaparkan, pemangkasan capex terbesar terjadi pada proyek CAP II. Sebelumnya, capex untuk proyek ini sebesar US$ 430 juta. Saat ini, alokasinya hanya menjadi US$ 135 juta.
Ini seiring mundurnya target final investment decision (FID) pada CAP II yang tadinya ditargetkan 2021 menjadi 2022. "Meski mundur dari rencana awal, proses yang ada tetap berjalan dengan penyesuaian," tegas David. Karena proyek CAP II mundur, rencana rights issue TPIA juga ikut tertunda.
Di Star Energy, terjadi penundaan pelaksanaan drilling ke 2021. Anggaran capex yang masih tersisa US$ 80 juta juga akan dialokasikan untuk proyek di Star Energy.
Di kuartal pertama lalu, serapan capex sudah mencapai US$ 55 juta, setara 30% dari anggaran yang telah direvisi.