FAC News

Ini Strategi Millenium Pharmacon (SDPC) Mengejar Pertumbuhan Pendapatan 10% Tahun Ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan distribusi obat dan produk farmasi, PT Millennium Pharmacon International Tbk (SDPC) optimistis dapat menumbuhkan kinerja bisnisnya sepanjang tahun 2020 ini. Mereka membidik pertumbuhan pendapatan sekitar 10% dibandingkan realisasi tahun kemarin.
Direktur PT Millennium Pharmacon International Tbk, Ahmad bin Abu Bakar mengatakan, manajemen SDPC akan memaksimalkan penjualan seluruh prinsipal. Mereka juga akan memperkuat jaringan distribusi baru, dimana pada awal tahun ini baru saja menambah satu kantor cabang di Tegal, Jawa Tengah.
"Totalnya saat ini kami punya 33 cabang. Tahun ini belum ada rencana menambah, karena kondisi keuangan yang mengetat," ujar Ahmad kepada KONTAN, Selasa (21/4). Sebelumnya di akhir tahun kemarin SDPC baru menambah satu cabang baru di Manado, Sulawesi Utara.
Menurut Ahmad, penambahan cabang tersebut mendorong penjualan di area wilayah Sulawesi. Di tahun kemarin penjualan di area tersebut tercatat mencapai Rp 126,51 miliar atau tumbuh 36% dibandingkan periode tahun sebelumnya Rp 97,14 miliar.
Selain melakukan penetrasi pasar lewat banyak cabang, Millennium Pharmacon juga akan memacu penjualan produk alat kesehatan seperti alat pelindung diri (APD) dan suplemen atau multivitamin.
Akibat pandemi Covid-19, kata Ahmad, permintaan produk tersebut mengalami lonjakan hingga dua kali lipat pada awal tahun ini dibandingkan periode normal.
Berdasarkan laporan keuangan di tahun 2019, SDPC mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp 2,72 triliun, atau tumbuh 14,7% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 2,37 triliun. Sedangkan beban pokok sebesar Rp 2,49 triliun di tahun 2019, naik 15,2% year on year (yoy).
Sehingga laba kotor SDPC tercatat sebesar Rp 228,75 miliar di sepanjang tahun lalu, atau tumbuh 8,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Pos beban lainnya juga tercatat meningkat, khususnya biaya keuangan yang melonjak 52,5% yoy menjadi Rp 52,89 miliar pada tahun lalu.
Biaya tersebut meningkat seiring dengan kenaikan bunga atas utang bank, dimana kata Ahmad, tahun lalu pembayaran rumah sakit atas obat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sering terlambat.
Hal tersebut menyebabkan perusahaan kesulitan memperoleh uang tunai sehingga harus segera menalanginya dengan pinjaman. Alhasil, perolehan bottom line Millennium Pharmacon menyusut 59% yoy menjadi Rp 7,88 miliar.
Segmen bisnis obat resep masih mendominasi penjualan Millennium Pharmacon pada tahun lalu, yakni setara 63% dari total revenue atau senilai Rp 1,71 triliun. Angka itu tumbuh 16% yoy.