APLN Siap Percepat Pembangunan Proyek Propertinya Di IKN

FAC News

Harga Jual Tak Bersahabat, Kinerja MGRO Menyusut

Administrator - 23/04/2020 09:09

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mahkota Group Tbk masih menikmati kenaikan volume penjualan selama tiga bulan pertama tahun ini. Namun boleh jadi, tren kinerja tersebut belum tentu selaras dengan nilai penjualan.

Kenaikan volume penjualan itu seiring dengan peningkatan produksi pada periode yang sama. "Kami berharap tren tersebut dapat terus berlangsung," kata Elvi, Sekretaris Perusahaan PT Mahkota Group Tbk kepada KONTAN, Senin (20/4).

Hingga kini, Mahkota Group masih enggan buka-bukaan mengenai pencapaian kinerja selama kuartal I 2020 dan target sepanjang 2020. Emiten berkode saham MGRO di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut hanya menyatakan akan mengejar kinerja dengan memperkuat bisnis pada segmen hilir.

Pada tahap awal, Mahkota Group akan menghasilkan produk hilir berupa refined bleached deodorized palm oil (RBDPO). Rencana berikutnya, mereka ingin mengembangkan minyak goreng.

Kalau berkaca dari rapor kinerja 2019, kenaikan volume penjualan tak serta-merta akan mengerek nila penjualan. Tahun lalu, Mahkota Group menjual 228.000 ton minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) atau naik 7,04% ketimbang tahun sebelumnya yang sebanyak 213.000 ton CPO.

Namun pada periode yang sama, rata-rata harga jual CPO turun 1,15% year-on-year (yoy) menjadi Rp 7.021 per kilogram (kg). Rata-rata harga jual CPO sepanjang 2018 mencapai Rp 7.103 per kg.

Penurunan harga lebih besar terjadi pada produk inti sawit atawa palm kernel (PK). Rata-rata harga PK pada tahun lalu Rp 4.088 per kg atau berkurang 27,95% ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5.674 per kg.

Manajemen Mahkota Group menjelaskan, penurunan rata-rata harga jual menyebabkan kinerja tahun lalu turun.

"Penurunan inilah yang menyebabkan penurunan omzet dan laba perusahaan tahun 2019," terang Elvi.

Sepanjang tahun lalu, pendapatan Mahkota Group menurun sekitar 2,5% yoy menjadi Rp 1,95 triliun.

Tatkala pendapatan berkurang, beban pokok penjualan justru naik 1,72% yoy menjadi Rp 1,77 triliun.

Demikian pula dengan beban operasional yang bertambah 9,29% yoy menjadi Rp 117,43 miliar.

Tak heran jika laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih kemudian menyusut hingga lebih dari enam kali lipat dari semula Rp 84,52 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp 13,40 miliar pada tahun lalu.

Filter