FAC News

Garuda (GIAA) Bakal Naikkan Harga Tiket Pesawat Maksimal 20%
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berencana menaikkan harga tiket. Saat ini, penyesuaian harga tiket masih dalam tahap pembahasan.
Menaikkan harga tiket pesawat ini bisa menjadi salah satu alternatif bagi Garuda untuk menutup potensi kehilangan keuntungan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memastikan, kalaupun ada kenaikan harga tiket, maksimal mencapai 20%. "Kalau kami naikkan maksimum 20%, enggak sampai dua kali lipat," tambahnya.
Dia juga memprediksi prioritas pelanggan ke depan akan lebih kepada rasa aman dan nyaman. Sehingga, penumpang tak hanya memilih maskapai dari segi harganya saja, tapi juga keselamatan dan kenyamanan.
Penyesuaian harga tiket ini juga sejalan langkah Garuda menjalankan protokol kesehatan lantaran membutuhkan biaya lebih.
Saat ini, Garuda sudah bisa menambah kapasitas angkut penumpang dalam penerbangan menjadi 70% dari semula 50%. Menurut Irfan, kapasitas angkut yang baru itu sudah memenuhi syarat physical distancing.
Saat ini,Garuda sedang fokus untuk mencari cara agar pelanggan tak menanggung biaya tambahan. Maklum, sekarang ini penumpang pesawat harus memiliki surat bebas Covid-19, hasil rapid test.
Kata Irfan, adanya tambahan biaya bagi pelanggan dapat memangkas jumlah penumpang. Kalaupun tingkat okupansi terisi penuh sebesar 70%, Garuda masih harus menutup kehilangan keuntungan.
"Pertanyaannya adalah, apakah ada biaya yang bisa diturunkan? Apakah harga avtur bisa diturunkan, atau harga parkir juga bisa diturunkan?" ungkap Irfan pada saat diskusi online, Selasa (9/6).
Tak hanya melakukan efisiensi, untuk mendulang pendapatan, Garuda juga menggenjot pendapatan dari kargo. Garuda mengoptimalkan bisnis angkutan pengiriman kargo dan memasang target pergerakan trafik yang lebih tinggi.
Sebagai informasi, sepanjang tahun lalu, Garuda berhasil membalik posisi rugi menjadi laba. Garuda mengantongi laba yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar US$ 6,99 juta, dari sebelumnya yang masih mencatat rugi hingga US$ 231,13 juta.