FAC News

Ada Produsen Aspal Mau IPO
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konstruksi BUMN, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menyatakan sedang menyiapkan anak usaha perseroan yang juga produsen aspal, Wika Bitumen untuk melantai di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan proyeksi yang disampaikan manajemen, rencana penawaran umum perdana saham tersebut ditargetkan pada tahun 2022 mendatang. Saat ini, perseroan masih dalam tahap kajian untuk persiapan mengantarkan Wika Bitumen menjadi perusahaan publik.
"IPO Wika Bitumen masih dalam kajian, kita masih evaluasi kondisi internal dan makro industrinya dulu," kata Mahendra, Sekretaris Perusahaan WIKA, saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (5/3/2021).
Bila rencana IPO ini terealisasi, maka, kehadiran Wika Bitumen akan menambah daftar emiten milik Wijaya Karya yang lebih dulu melantai di bursa seperti PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) dan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE).
Mengacu laporan tahunan 2019 yang dipublikasikan Wika Bitumen, total aset perusahaan mencapai Rp 325,06 miliar dengan ekuitas Rp 107,01 miliar dan liabilitas Rp 218,04 miliar.
Dari sisi penjualan, sepanjang tahun 2019 tercatat sebesar Rp 86,71 miliar, meningkat dari tahun sebelumnya Rp 43,05 miliar. Laba tahun berjalan 2019 sebesar Rp 6,73 miliar dari tahun sebelumnya Rp 3,10 miliar.
Sementara itu, dari sisi produksi sepanjang tahun 2019 mencapai 119.275 juta ton dari tahun sebelumnya sebanyak 64.878 juta ton. Rinciannya, jumlah tersebut terdiri atas produk Asbuton Curah Kabungka 77.000 ribu ton, Asbuton Curah Lawele sebanyak 16.300 juta ton, Buton Granular Asphalt (BGA) 975 ton serta jasa pengaspalan jalan sebesar 25.000 juta ton.
Sampai dengan 31 Desember 2019, komposisi kepemilikan saham Wika Bitumen 99% dimiliki oleh PT Wijaya Karya Tbk atau sebanyak 68.062 saham dengan nilai nominal Rp 1 juta per saham.
Sedangkan, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung (Wika Gedung) tercatat memiliki sebanyak 1% saham atau 637 saham Wika Bitumen. Dengan demikian, total modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp 68,69 miliar.