APLN Siap Percepat Pembangunan Proyek Propertinya Di IKN

FAC News

Sritex Terbitkan Global Bond US$ 225 Juta, Bank BNI Mau Merilis US$ 500 Juta

Administrator - 17/10/2019 09:46

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi global tak menyurutkan sejumlah emiten mencari pendanaan dari luar negeri. Sebut saja, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Bank BNI akan menerbitkan surat utang berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) atawa global bond. Emisi ini bakal diterbitkan pada kuartal pertama tahun depan.

Rencana Bank BNI merilis global bond sejatinya sudah didengungkan sejak Maret lalu. Adapun nilainya diperkirakan mencapai US$ 500 juta.

Namun, rencana tersebut tak kunjung terealisasi karena pertimbangan kondisi internal dan pasar. "Kami sebelumnya menyesuaikan dengan cashflow, sekarang kami tahu tren bunga akan cenderung turun," jelas Direktur Tresuri dan Internasional Bob Tyasika Ananta, Rabu (16/10).

Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) alias Sritex telah menggelar aksi korporasi serupa. Kemarin, Rabu (16/10), Sritex menerbitkan global bond senilai US$ 225 juta. Surat utang yang akan jatuh tempo maksimal pada 2025 itu memberikan kupon sebesar 7,25%

Surat utang tersebut memperoleh peringkat Ba3 dengan prospek stabil dari Moody's dan dijamin oleh tiga anak usahanya.Sritex bakal menggunakan dana hasil penerbitan global bond untuk membiayai kembali (refinancing) sisa utang US$ 175 juta yang akan jatuh tempo pada 2021. Ini adalah sisa utang SRIL senilai US$ 350 juta

Sebesar US$ 175 juta telah dibiayai kembali di awal 2019. Selain untuk membayar utang, Sritex mengalokasikan dana hasil penerbitan utang untuk modal kerja.

Sedikit berbeda dengan Sritex, Bank BNI bakal memanfaatkan sebagian dana hasil penerbitan obligasi untuk refinancing. "Sebagian lagi untuk ekspansi kredit bank," imbuh Bob.

Tahun ini, manajemen Bank BNI optimistis pertumbuhan kreditnya bisa mencapai 10% hingga 20%. Untuk tahun depan, targetnya sedikit lebih tinggi, yakni 13% hingga 15%.

Adapun realisasi penyaluran kredit sepanjang paruh waktu tahun ini mencapai Rp 549,23 triliun. Nilai ini naik 20% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 457,81 triliun.

Direktur Utama Investa Saran Mandiri Hans Kwee menjelaskan, penerbitan global bond cukup berisiko. Bukan hanya karena kondisi global, tapi juga dampaknya terhadap kesehatan keuangan emiten.

Menambah utang bisa meningkatkan rasio utang terhadap ekuitas atawa debt to equity ratio (DER). Semakin tinggi utang, semakin berisiko bagi emiten.

Meski begitu, DER Sritex tergolong aman. Mengutip RTI, rasionya sebesar 1,47 kali. Angka ini masih di bawah batas toleran (covenant) sejumlah perjanjian pinjaman SRIL yang rata-rata maksimal 2,5 kali.

Kelebihan Sritex lainnya adalah produksinya yang berorientasi pada ekspor. "Jadi, saat pasar memburuk, masih tetap cukup menarik," ujar Hans.

Filter