KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Millennium Pharmacon International Tbk adalah satu dari sedikit perusahaan yang masih optimistis tumbuh di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Di sepanjang semester pertama tahun ini, distributor obat dan alat kesehatan tersebut memproyeksikan kenaikan penjualan sebesar 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Biarpun belum mempublikasikan laporan keuangan secara resmi, Millennium Pharmacon mengaku pertumbuhan kinerja kuartal pertama tahun ini sebenarnya di atas 15% year-on-year (yoy).

Namun penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sempat menahan mobilitas mereka. Alhasil, pertumbuhan penjualan Millennium Pharmacon di Bulan April hanya satu digit.

Beruntung, memasuki bulan Mei ini laju bisnis Millennium Pharmacon kembali membaik. Apalagi Bulan Mei juga bertepatan dengan pembayaran tunjangan hari raya (THR).

Berkaca dari tren dan peluang pelonggaran PSBB, perusahaan berkode saham SDPC di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut meyakini bisnis masih bisa tumbuh dobel sampai tutup 2020.

Namun manajemen Millennium Pharmacon tetap mengantisipasi keadaan agar bisa bertahan. Oleh karena itu, semaksimal mungkin mereka menerapkan efisiensi lewat pengurangan biaya tambahan.

"Rencana pengembangan gudang masih kami pikirkan. Namun kalau sudah penuh, tentu kami akan perluas," ungkap Ahmad bin Abu Bakar, Direktur PT Millennium Pharmacon International Tbk kepada KONTAN, Kamis pekan lalu.

Sejauh ini, belum ketahuan detail alokasi anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) di sepanjang 2020.

Sebagai gambaran saja, KONTAN mencatat jika tahun lalu manajemen Millennium Pharmacon membutuhkan dana capex sebesar Rp 10 miliar.

Adapun hingga Mei tahun ini, Millennium Pharmacon sudah merealisasikan penambahan satu kantor cabang baru di wilayah Tegal, Jawa Tengah, pada awal tahun.

Secara total, perusahaan tersebut kini memiliki 33 kantor cabang.

Sebelumnya, pada akhir tahun kemarin Millennium Pharmacon menambah kantor cabang baru di Manado, Sulawesi Utara.

Penambahan jaringan ini ikut mendorong pemasaran di Sulawesi.

Tahun lalu, penjualan dari wilayah Sulawesi berkontribusi senilai Rp 126,54 miliar atau 4,64% terhadap total penjualan Rp 2,73 triliun.

Penyumbang utama penjualan SDPC masih berasal dari area Jawa yakni Rp 1,72 triliun.