FAC News

Bukit Asam (PTBA) Siap Alihkan 330,29 Juta Saham Treasuri
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan batubara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) harus segera melego kembali saham treasuri. Batas waktu penjualannya pada Desember 2021.
Jumlah saham treasuri yang masih dipegang Bukit Asam sebanyak 330,29 juta saham, atau setara 2,87% dari seluruh total saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.
Suherman, Sekertaris Perusahaan Bukit Asam mengungkapkan, PTBA akan mengalihkan saham tresuri tersebut sebelum waktu jatuh tempo dengan cara melakukan private placement.
Sebagian saham treasuri juga akan dialokasikan untuk program Management Stocks Ownership Program (MSOP) atau Employee Stocks Ownership Program (ESOP). "Bentuk program dan besarannya sedang dievaluasi secara internal," kata Suherman saat dihubungi KONTAN, Minggu (5/1).
Menilik keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, PTBA melakukan tiga kali pembelian saham kembali atau buyback pada periode 2012 hingga 2015. Total saham treasuri PTBA mancapai 980,28 juta lembar.
Adapun jumlah saham treasuri yang telah dialihkan sejauh ini sebanyak 649,98 juta saham. Perinciannya, pada 2 April 2019 sebanyak 63,17 juta lembar. Disusul 490,72 juta lembar pada 8 Mei 2019. Terakhir pada 4 Desember 2019 sebanyak 96,09 juta lembar.
"Saham treasuri perseroan yang dialihkan di atas merupakan saham treasuri dari tahap pertama dan tahap kedua pembelian kembali," tulis Suherman dalam keterbukaan informasi.
Pada pengalihan saham treasuri yang terakhir, PTBA memilih mekanisme penjualan di luar bursa atau private placement. Harga penjualan dipatok Rp 2.500 per saham.
Dengan demikan dana yang diperoleh dari private placement ini mencapai Rp 240,23 miliar. Saham tersebut diserap oleh PT BNI Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas.
Sekadar informasi, dari pengalihan saham treasuri sejauh ini, PTBA telah mengantongi dana hingga Rp 2,17 triliun. "Hasil penjualan digunakan untuk tambahan dana rencana investasi proyek-proyek pengembangan," terang Suherman.
Sekadar mengingatkan, PTBA kian dekat dengan realisasi gasifikasi batubara atau proses hilirisasi batubara. Ini menyusul telah rampungnya studi kelayakan dan kesiapan investor yang bakal membantu proyek tersebut.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, berdasarkan hasil studi November lalu, Tanjung Enim dinilai paling cocok sebagai lokasi proyek hilirisasi produk batubara tersebut. Sebab, infrastruktur di Tanjung Enim lebih siap dibandingkan dengan tambang Peranap.
Saat ini, gasifikasi berada pada tahap detail konsep desain atawa front end engineering design (FEED). Setelah itu, tahapan masuk pada tahap engineering procurement construction (EPC) hingga akhirnya realisasi konstruksi pabrik.
Semua proses ditargetkan rampung akhir 2021. "Proses pembangunannya sekitar tiga tahun, selesai 2023 sehingga 2024 sudah beroperasi," terang Arviyan beberapa waktu lalu.